Variable Geometry Turbocharger, merupakan trend teknologi pada mesin diesel masa kini. Teknologi ini bukan baru, tetapi sudah digunakan pada mesin diesel, terutama yang menggunakan teknologi common rail atau yang menuntut emisi yang rendah pada akhir 1980-an.
Sebutan lain dari VGT adalah VTG (variable turbo geometry), VVT (variable vanes turbocharger) dan VNT (variable nozzle turbocharger). Ya, tergantung pada produsen turbo dan pembuat mesin.
Turbo Lag
Keistimewaan teknologi ini, sudu-sudu atau baling-baling turbin (bagian yang didorong oleh gas buang), sudut atau posisinya bisa berubah sesuai dengan putaran mesin. Dengan sudut baling-baling bisa berubah, maka putaran turbin – selanjutnya kompresor yang menyedot udara dari luar dan memaksanya masuk ke mesin - bisa disesuaikan dengan putaran atau beban kerja mesin.
Tak kalah penting, gejala turbo “lag” atau turbo lemot - terjadi pada non-VGT atau baling-baling “mati” - bisa dicegah. Pada non-VGT, turbo lemot terjadi pada putaran rendah. Pasalnya, pada kondisi tersebut tekanan gas buang tidak cukup kuat untuk mendorong atau memutar baling-baling turbin.
Pada putaran mesin tinggi, tekanan makin gas buang makin tinggi. Ini bisa menyebabkan putaran turbin sangat tinggi (bisa mencapai 100.000 rpm). Tekanan yang dihasilkan kompresor juga tinggi. Untuk mengatasinya kondisi yang disebutkan terkahir digunakan “wastegate” pada saluran buang (sebelum turbin). Dengan demikian, putaran turbin dan tekanan yang dikompresi bisa dijaga pada batas aman.
Cara Kerja
Untuk VGT, pada putaran rendah, sudut baling-baling bisa diset atau diposisikan sesuai dengan kebutuhan mesin pada putaran rendah namun tidak enimbulkan gejala “lag” atau keterlambatan. Kendati demikian, posisi sudut baling-baling turbin tetap kecil dibandingkan ketika bekerja pada putaran tinggi.
Sebaliknya, pada putaran tinggi, sudut baling-baling dibuka lebih besar. Dorongan gas buang terhadap turbin lebih besar dan membuatnya berputar cepat. Hasilnya, kompresor menyedot udara lebih banyak dan menghasilkan tekanan lebih tinggi.
Baling-baling di dalam turbin bergerak pada sumbu-sumbu masing ketika diaktifkan oleh aktuator berupa servo (tabung vakum). Servo ini sekarang umum bekerja secara elektronik dan diperintah oleh komputer mesin. Untuk menurunkan emisi, VGT disatukan dengan exhaust gas recirculation (EGR) atau sirkulasi gas buang.
Mesin Bensin
VGT umumnya digunakan pada mesin diesel. Pada mesin bensin, VGT punya masalah yang cukup rumit, yaitu suhu gas buang yang tinggi. Pada mesin bensin suhu gas buang bisa mencapai 950 derajat celcius, sedangkan diesel 700-800 derajat celcius.
Agar tahan terhadap suhu tinggi tersebut, masalah yang dihadapi VGT bukan hanya material, juga desain dari baling-baling turbin. Karena itulah, tidak banyak mesin bensin menggunakan VGT. Malah mesin bensin sekarang perbandingan kompresinya makin tinggi dengan suhu gas buang mencapai 1.000 derajat celcius lebih.
Karena itu, tidak banyak dipasangkan dengan mesin bensin. Beberapa produsen pernah mencobanya, ternyata hasilnya tidak sesuai dengan harapan mereka! Jadinya, VGT sampai saat ini menjadi pasangan ideal mesin diesel.
Sumber: otomotif.kompas.com
0 Komentar Dari Sobat:
Berikan Setetes Komentar Anda Untuk Artikel Sederhana Ini
Secoret komentar sobat menjadi penyejuk untuk jiwa blog ini ^^